mployee logo
Search
Close this search box.
Search
Close this search box.
pengertian soft skill

Pengertian Soft Skill: Contoh, dan Cara Mengembangkannya

Pengertian Soft Skill, Contoh, dan Cara Mengembangkannya – Terampil dalam mendesain dan merakit, bisa mengoperasikan komputer, menguasai bahasa asing, atau jago matematika tidak cukup menjadi pertimbangan lamaran kerja diterima instansi. Tentu saja keterampilan tersebut dan berbagai keterampilan sejenisnya sangat penting. Keterampilan tersebut berkaitan langsung dengan aktivitas yang nantinya dilakukan di tempat kerja.

Realitanya, pekerjaan apapun umumnya pasti mengharuskan interaksi dan bekerja sama dengan rekan kerja lainnya atau bahkan dengan pihak dari luar instansi. Keterampilan tersebut juga perlu dimiliki oleh pelamar kerja. Oleh sebab itu, penting bagi pelamar kerja untuk mengidentifikasi dan mengembangkan tidak hanya keterampilan teknis tersebut tetapi juga keterampilan nonteknis atau yang bisa disebut juga soft skill.

Pengertian Soft Skill

Soft skill adalah berbagai keterampilan nonteknis yang dimiliki oleh seorang individu dan diperlukan dalam bidang profesional. Keterampilan yang bersifat nonteknis ini dapat dikelompokkan ke dalam kombinasi. Yaitu kombinasi kepribadian dan perilaku orang tersebut yang membuatnya diketahui efektif dalam berkomunikasi, berkolaborasi, dan mengelola situasi krisis atau konflik. Sehingga orang tersebut dianggap bisa profesional dalam mengerjakan pekerjaannya.

Memaksimalkan kemampuan komunikasi di tempat kerja itu penting. Kemampuan komunikasi ini akan diuji ketika dihadapkan pada kondisi yang tidak pasti. Kondisi yang membuat orang-orang harus mengambil keputusan untuk instansi dengan cepat tapi bijak. Oleh karena komunikasi pasti melibatkan rekan kerja, tentunya mereka juga akan memaksimalkan kemampuan berkolaborasi.

Orang yang memiliki soft skill mumpuni cenderung memiliki kesadaran sosial yang kuat. Kecerdasan emosional mereka juga baik. Kedua kualitas ini dapat mendorong orang tersebut dalam menyelesaikan pekerjaan yang sulit dengan baik dan memberikan hasil yang positif.

Soft skill dapat juga diartikan sebagai kemampuan interpersonal. Kemampuan interpersonal adalah kemampuan seseorang dalam berkomunikasi, berinteraksi, membangun, dan menjaga hubungan dengan orang lainnya dalam berbagai situasi dan keadaan. Kemampuan inilah yang membantu satu orang dengan orang lainnya dalam berkomunikasi dan berkolaborasi.

Termasuk juga dalam soft skill adalah karakter, kemampuan untuk bekerja dalam satu tim, dan mampu memahami dan berpartisipasi dengan aktif dalam budaya instansi tempat bekerja. Tidak heran jika soft skill ini merupakan kemampuan yang tidak bisa dilihat begitu saja dengan mata. Oleh karenanya, penting untuk bisa meyakinkan bahwa soft skill yang dimiliki sudah tepat untuk instansi yang akan dilamar.

Bagaimana awal mula soft skill dikembangkan? Dimulai oleh militer Amerika Serikat pada tahun 1968 yang menyadari tidak cukup tentara mampu mengoperasikan mesin untuk memenangkan pertempuran. Sebab mereka juga menyadari bahwa komponen lain yang diperlu dipenuhi agar tentara mereka menang adalah bagaimana kelompok tentara tersebut dipimpin.

Lalu mereka menciptakan metode untuk menyelesaikan masalah ini. Didapatkanlah tiga kriteria yang menentukan keterampilan tentara bisa disebut soft atau hard. Ketiganya adalah tingkat kemampuan dalam mengoperasikan mesin, tingkat performa berdasarkan perilaku, dan kepribadian di lingkungan kerja. Usai mengidentifikasi ketiganya, selanjutnya militer bisa mengelompokkan tentara secara efektif untuk menghasilkan kinerja yang maksimal.

Sehingga meskipun istilahnya soft skill, bukan berarti mudah dikuasai. Selain itu, padanan kata dalam bahasa Indonesia adalah keterampilan nonteknis.

Pentingnya Soft Skill

Mengembangkan keterampilan soft skill itu sangat penting. Penelitian yang dilakukan oleh Carnegie Mellon Foundation menunjukkan bahwa 75% keberhasilan bekerja dalam jangka panjang bergantung pada tingkat soft skill pegawai. Hasil penelitian ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh LinkedIn dimana 57% sepakat bahwa perekrut lebih menilai soft skill daripada hard skill dalam menerima pegawai baru.

Soft skill membedakan antara kandidat yang memadai dan kandidat yang ideal. Kebanyakan lowongan pekerjaan tidak terbatas pada mencari kandidat yang sudah mumpuni secara teknis atau matang secara pengetahuan.

Rekruter tidak mengharapkan kandidat memenuhi kualifikasi dan pengalaman sejak pertama berkenalan. Melainkan mereka perlu tahu bahwa kandidat memiliki kemauan pribadi yang membuatnya bisa terus belajar dan bertumbuh sesuai perannya. Oleh sebab itu,umumnya rekruter pasti mencari kandidat yang berpotensi memiliki jiwa kepemimpinan dan pastinya komunikatif.

Perlu diketahui bahwa tidak perlu khawatir jika merasa soft skill masih kurang maksimal. Keterampilan ini bisa diperbaiki dan ditingkatkan. Sama dengan bentuk keterampilan lainnya.

Setiap pekerjaan membutuhkan interaksi dengan pihak lainnya. Mulai dari interaksi dengan rekan kerja, pelanggan, klien, atasan, pihak luar instansi, dan lain sebagainya. Pola komunikasi ke klien atau pelanggan bisa jadi berbeda dengan pola komunikasi ke rekan kerja. Soft skill di sini menjadi penting dalam hal membedakan pendekatan berkomunikasi dengan lawan bicara yang berbeda.

Lingkungan kerja yang sehat dan produktif bergantung pada soft skill pegawainya. Keduanya bersifat saling memengaruhi. Bagaimanapun juga, tempat kerja adalah sebuah ruang interpersonal bagi pegawai dimana hubungan timbal balik harusnya dibangun dan dipelihara. Tempat kerja juga merupakan ruang bertukar ide dan perspektif untuk mengembangkan kemampuan pegawai dan kemajuan instansi. Terakhir, tempat kerja juga menjadi ruang dimana konflik yang terjadi diselesaikan.

10 Contoh Soft Skill dan Cara Mengembangkannya

Berikut adalah sepuluh contoh utama soft skill yang dicari oleh rekruter dan cara mengembangkannya.

1. Komunikasi

Komunikasi adalah kunci utama soft skill. Mampu menyesuaikan cara berkomunikasi sesuai lawan bicara secara efisien merupakan kemampuan yang harus diperhatikan dan terus ditingkatkan di lingkungan profesional.

Menjelaskan topik yang sama kepada rekan kerja akan berbeda dari klien. Sebaiknya bahasa yang digunakan kepada klien lebih sederhana. Umumnya, penting memastikan agar siapapun lawan bicaranya bisa memahami apa yang sedang dibicarakan.

Tidak menutup kemungkinan tiba-tiba tidak bisa memahami apa yang dibicarakan oleh klien dalam proses diskusi. Pada saat itulah penting untuk menjadi pendengar yang aktif. Meningkatkan kemampuan untuk mendengarkan sangat membantu dalam merespon situasi semacam itu dengan benar.

Berdasarkan penjelasan tersebut, komunikasi terbagi menjadi verbal dan nonverbal. Keduanya adalah jenis kemampuan dalam komunikasi yang perlu dikembangkan. Verbal menjadi kunci dalam memelihara hubungan secara langsung yang kolaboratif dan produktif. Sedangkan nonverbal terdiri dari kontak mata, ekspresi wajah, dan bahasa tubuh.   

Tuntutan untuk menjaga etika komunikasi selalu sama. Hanya saja zaman sekarang mengalami perubahan dimana berkomunikasi dan berdiskusi secara profesional bisa dilakukan tanpa tatap muka. Bertukar pesan melalui surel, pesan singkat, video call, dan cara lainnya kini menjadi umum. Oleh sebab itu, penting pada masa ini untuk mengetahui cara yang baik dan efektif dalam berkomunikasi. 

2. Motivasi diri

Memiliki niat dari dalam diri untuk bekerja dengan baik dan menunjukkan perilaku yang positif adalah soft skill yang penting bagi pegawai. Tidak hanya berarti menunjukkan mereka handal dan berkomitmen, tetapi juga cocok dengan struktur organisasional instansi tanpa harus selalu diawasi.

Ada empat kunci yang bisa digunakan untuk mengembangkan motivasi diri. Yaitu sisi positif atau rasa percaya diri yang muncul dalam diri sendiri, ambisi, komitmen, dan inisiasi.

3. Jiwa kepemimpinan

Mereka yang memiliki jiwa kepemimpinan tinggi memiliki kemampuan dalam menginspirasi orang lain dan memimpin timnya menuju sukses. Hal itulah yang membuat kualitas ini menjadi yang paling dicari oleh rekruter.

Ada beberapa kualitas yang dimiliki oleh orang dengan jiwa kepemimpinan yang bisa dipelajari.

  1. Memiliki perilaku dan pandangan yang positif
  2. Mampu membuat keputusan dengan cepat dan efektif
  3. Menjadi teladan karena mampu menyelesaikan masalah baik dan manajemen konflik yang baik juga
  4. Mampu dalam memotivasi diri sendiri dan orang lain

Keterampilan ini tentu tidak terlahir begitu saja. Tidak juga mereka langsung bisa memimpin dengan sempurna. Keterampilan ini dapat dimulai pada lingkup kecil dengan tingkat kerumitan yang sederhana seperti kerja kelompok pada masa sekolah. Tinggal selanjutnya bisa terus dikembangkan dari waktu ke waktu.

4. Rasa tanggung jawab

Rasa tanggung jawab ini sama dengan motivasi, akan lebih baik jika muncul dari ide dan niat sendiri. Ketika melihat rekan kerja yang gagal bertanggung jawab untuk pekerjannya sendiri, cenderung mereka terlihat kurang produktif dan kurang berhasil. Apalagi memenuhi tanggung jawab atau tidak akan sangat terlihat dari hasil kerjanya oleh pengawas atau atasan.

Berikut beberapa kemampuan yang bisa dilakukan untuk meningkatkan atau mempertahankan rasa tanggung jawab.

  1. Sifat dapat dipercaya
  2. Disiplin
  3. Motivasi
  4. Sifat kehati-hatian
  5. Akuntabilitas
  6. Ketekunan
  7. Kemampuan beradaptasi

5. Kemampuan bekerja dalam satu tim

Jika jiwa kepemimpinan cenderung berasal dari dalam ke luar, kemampuan bekerja dalam satu tim berasal dari timbal balik dalam ke luar dan sebaliknya. Kemampuan ini juga melibatkan berbagai kemampuan yang sudah disebutkan dalam beberapa poin sebelumnya.

Pada poin ini juga melibatkan kemampuan interpersonal. Kemampuan interpersonal adalah kemampuan seseorang dalam berkomunikasi, berinteraksi, membangun, dan menjaga hubungan dengan orang lainnya dalam berbagai situasi dan keadaan. Sehingga gabungan soft skill ini bisa membuat seseorang meningkatkan soft skill lainnya yaitu kemampuan bekerja dalam satu tim.

6. Penyelesaian masalah

Ada beberapa kualitas yang harus dimiliki untuk meningkatkan keterampilan dalam memecahkan masalah. Kualitas ini bisa bersifat teknis dan nonteknis.

Secara teknis, kemampuan yang harus dikembangkan adalah kemampuan berpikir secara kritis, kemampuan menganalisa, kreatifitas, dan mengambil keputusan secara cepat dan efektif. Kemudian secara nonteknis, yaitu kemampuan menyelesaikan masalah dengan kepala dingin yang cenderung bisa mendorong mengambil keputusan dengan bijak dan efisien. Poin ini berkaitan erat dengan poin kerja tim, sebab masalah tidak selalu diselesaikan sendirian.

7. Ketegasan

Ketegasan dapat dijelaskan sebagai kemampuan mengambil keputusan dengan cepat dan efektif. Meskipun cepat, jangan sampai ceroboh dan impulsif. Ketegasan ini dapat dideskripsikan lebih rinci sebagai berikut.

  1. Kemampuan dalam mengidentifikasi perspektif terbaik
  2. Menimbang pilihan-pilihan
  3. Menilai semua informasi yang relevan
  4. Mengantisipasi segala konsekuensi

Pegawai yang tegas akan mengambil tindakan yang efektif dengan tanggap. Ketika mereka sudah paham akan konsekuensi yang ditimbulkan dari tanggung jawabnya, mereka juga sudah bisa menggambarkan apa saja yang harus segera dilakukan untuk menangani dan menyelesaikan masalah.

8. Kemampuan bekerja di bawah tekanan dan manajemen waktu

Banyak pekerjaan yang sifatnya menuntut tenggat waktu secara disiplin atau mungkin berisiko. Tuntutan untuk disiplin dan risiko yang besar juga memberikan timbal balik yang besar juga, misalnya dalam bentuk upah. Selain kemampuan bekerja di bawah tekanan, kemampuan manajemen waktu pun juga masuk dalam poin ini. Keduanya harus seimbang agar tingkat soft skill meningkat.

9. Fleksibilitas

Fleksibilitas yang dimaksud adalah kemampuan pegawai dalam melaksanakan tugas baru dan mengambil tantangan dengan tenang. Melalui fleksibilitas, pegawai pun terpacu dalam meningkatkan keterampilan teknisnya. Satu hal pokok dari poin ini adalah tidak berdiam diri dari zona nyaman.

10. Negosiasi dan resolusi konflik

Kemampuan negosiasi dan resolusi konflik ini akan terlihat dari awal ketika melakukan wawancara untuk melamar pekerjaan. Rekruter bisa melihat potensi ini melalui wawancara. Mengaplikasikan poin ini tidak terlepas dari poin-poin yang sudah dijelaskan sebelumnya.

Negosiasi memerlukan sikap persuasif, rasa peka, dan percaya diri. Resolusi konflik pun juga serupa dimana kemampuan untuk mengambil keputusan dengan cepat dan efisien pada akhirnya diperlukan. Tentu saja upaya ini didukung oleh kemampuan berkomunikasi dan interpersonal yang baik. Itulah pengertian soft skill, contoh, serta penjelasan cara mengembangkannya.

Share this post